Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

artikel mallophaga entomologi


Mallophaga
Entomologi

Azizah Zainab Hamdi
1005015044
Pendidikan Biologi Reguler Pagi B 2010

 I.      PENDAHULUAN
Secara terbatas, Entomologi adalah ilmu yang memepelajari serangga. Akan tetapi, arti ini seringkali diperluas untuk mencakup ilmu yang mempelajari arthophoda (hewan beruas-ruas) lainnya, khususnya laba-laba dan kerabatnya (Archnida dan Arachnoidea), serta luwing dan kerabatnya (Millepoda dan Centipoda).
Istilah ini berasal dari dua perkataan Latin – entomon bermakna serangga dan logos bermakna ilmu pengetahuan.
Sifat serangga yang membutuhkan banyak makanan, dan dengan berkembangnya kebudayaan manusia (keperluan akan lahan, dan lain-lain), serangga seringkali menyerang tanaman pertanian/perkebunan bahkan hewan ternak. Pada awalnya, pengelolaan serangga hama banyak dilakukan dengan menggunakan insektisida. Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kesadaran manusia akan lingkungan, konsep pengelolaan hama menuju ke arah pengendalian yang terpadu atau Pengendalian Hama Terpadu.
Selain mengalami siklus hidup, serangga juga mengalami siklus musiman yang dapat dikelompokkan menurut jumlah generasi yang terjadi dalam satu tahun dan mengacu pada voltinity. Ada tiga tipe voltinity yaitu univoltine, multivoltine, dan voltine yang tertunda. Serangga juga mengalami apa yang disebut adaptasi musiman. Beberapa istilah yang sering digunakan dalam siklus musiman serangga adalah dormancy diapause, supercooling, dan freezing tolerance.
Secara umum, pada serangga dapat dijumpai empat model siklus hidup serangga yaitu : tanpa metamorphosis, metamorphosis bertahap, metamorphosis tidak sempurna, dan metamorphosis sempurna.
Pada model tanpa metamorphosis, tahapan serangga dapat dibagi menjadi telur, juvenil, dan dewasa; dengan beberapa kali pergantian kulit pada tahapan juvenil yang mempunyai penampakan yang mirip dengan dewasa. Model metamorphosis bertahap membedadakan tahapan serangga menjadi telur, nymph, dan dewasa. Bentuk nymph menyerupai dewasa tetapi tidak mempunyai sayap yang berkembang penuh dan tidak mempunyai genitalia. Pada metamorphosis tidak sempurna, tahapan dibedakan menjadi telur, niads, dan dewasa. Niads dan dewasa mempunyai habitat dan makanan yang berlainan. Sedang pada metamorphosis sempurna, tahapan dibedakan menjadi telur, larva, pupa, dan dewasa. Di sini, pada setiap tahapan mempunyai bentuk dan perilaku yang berlainan.

II.      MALLOPHAGA
KUTU PENGUNYAH (Mallophaga) , atau kutu penggigit merupakan kelompok serangga yang jauh lebih besar daripada kutu penghisap, seluruhnya meliputi 2.600 spesies. Pada dasarnya kutu pengunyah adalah parasite burung yang beroperasi pada permukaan tubuh burung tersebut. Akan tetapi, ada juga beberapa spesies yang terdapat pada mamalia. Meskipun secara lahiriah serangga ini memilki persamaan dengan kutu pengisap, namun bagian-bagian mulut dan kebiasaan makan pada kedua kelompok ini ternyata tidak sama dan hubungankekerabatan antara keduanya pun belum begitu jelas. Beberapa ahli ada yang menganggap bahwa kutu pengunyah yang sekarangn merupakan hasil evolusi dari cikal bakal yang menjalani kehidupan bebas yang mengingatkan akan kutu buku yang lambat laun mengalami proses penyesuaian terhadap kehidupan Description: C:\Users\user\Documents\semester 5\entomologi\2012-09-12 19.59.20.jpgyang bersifat parasit. Dalam kaitannya dengan masalah ini, yang cukup menarik ialah bahwa kutu buku memang ditemukan pada tikus yang dipelihara dalam kurungan, dengan kemungkinan bahwa kutu-kutu hidup, baik dari partikel kulit, maupun partikel-pertikel makanan yang ada pada bulu tikus. Kutu pengunyah telah mengalami penyesuaian dengan kehidupan disela-sela bulu tuan rumah mereka, dilihat pada bagian punggung dan bawah tubuh, akan tetapi sungguh mengejutkan bahwa tungkai mereka tidak begitu kokoh dan kuat. Lagi pula tidak menyandang cakar sekuat cakar kutu pengisap, meskipun dari hasil penelitian sudah terbukti bahwa peralatan mereka sangat efisien untuk tugas yang dipikul oleh alat-alat tersebut. Pada dasarnya, bagian-bagian mulut pada kutu pengunyah sama saja dengan bagian-bagian mulut pada semua serangga yang mempunyai kebiasaan makan dengan cara menggigit atau mengunyah. Mandibula (rahang bawah) digunakan memangkas bagian-bagian kecil bulu unggas, yang dengan labrum (bibir sebelah atas) didorong kedalam mulut. Sebagian besar bulu terdiri dari proterin yang sulit dicerna yakni yang disebut keratin, tetapi kutu pengunyah mampu mencernanya karena memilki enam pemecah protein menjadi yang lebih kecil hingga dapat diserap dan dimanfaatkan. Pada kutu pengunyah banyak spesies yang suka makan serpihan bulu dan bagian-bagian bulu yang sudah mati, juga darah yang diperoleh dengan menggigit kulit tuan rumah sampai tembus atau menusuk bulu unggas yang sedang bertunas dan mengisap darah dari sumsum lunak, yang terdapat ditengah batang bulu besar . Spesies lain hidup pada dinding dalam kantung tenggoirok burung laut penganggap ikan dan burung pelican yang untuk sebagain besar hidup dari darah tuan rumah dan dengan demikian memberi gambaran bahwa memang ada jalur yang dapat dilalui hingga pada akhirnya dapat menjadi parasite intern sejati.
Salah satu spesies kutu pengunyah yang paling terkelan adalah kutu merpati (Culumbicola columbae) yang terdapat pada semua merpati, baik yang liar, jinak, maupun yang buas. Kutu ini berbentuk lonjong, panjang sekitar 2 mm berwarna abu-abu jerami pucat. Bertelur ditengah alur, antara cabang-cabang bulu besar pada sayap, serta pada beberapa jenis bulu lain yang dapat menjamin telur tidak rusak waktu burung merpati mematuk-matuk bulu dengan paruh. Ada juga telur yang diletakkan dekat pangkal bulu halus dibagian kepala dan leher yakni di tempat yang tidak mudah lepas.
Kutu betina bertelur rata-rata 1 butir telur sehari pada suhu optimal 37oC, untuk menetas setelah 4 hari. Larva Columbicola mulai masak seksual setelah mengalami penggantian kulit 3 kali, kurang lebih 21 hari. Karena kutu merpati tinggal di bulu sayap yang mudah terancam bahaya paruh burng, maka sifatnya sangat mobil dan mudah menyelinap diantara bulu burung dengan memanfaatkan tungkainya yang panjang dan langsing.


Selain makan bulu, kutu pengunyah (Mallophaga) juga mengisap darah
Walaupun burung sering mematuk bulu dengan paruh, tidak banyak melenyapkan parasite dari tubuhnya, padahal kutu-kutu tersebut berada pada bulu yang mudah dicapai dengan paruh. Sebaliknya, spesies kutu pengunyah yang menghuni kepala dan leher, tidak banyak memerlukan kelincahan atau gerak yang cekatan. Spesies seperti itu umumnya mudah dikenali pada tubuhnya yang lebih pendek dan lebih lebar, serta tungkainya yang lebih kuat disertai cakar yang dapat mencengkeram bulu tempatnya berpijak.
Beberapa spesies kutu pengunyah merupakan hama yang gawat bagi unggas, karena dapat membuat hewan ini menjadi kurus, kumlah telur menurun, mati karena penyakit unggas yang banyak ragamnya. Spesies kutu penting yang menyerang unggas ialah kutu-ayam-biasa (Menopon galinae), kutu-tubuh-ayam (Menacanthus stramineus) dan kutu-kepala-ayam (Cuclogaster heterographus).

III.      PENUTUP
Keluarga besar serangga ( insecta) dikelompokkan ke dalam 28 ordo yang masing-masing ordo memiliki ciri-ciri unik yang membedakan antara mereka. Salah satu yang diangkat pada artikel kali ini adalah Mallophaga yaitu kutu pengunyah atau kutu penggigit. Hidup sebagai parasite yang umumnya pada unggas dan beberapa mamalia. Kutu betina bertelur 1 bitur sehari dan biasanya bertelur pada tengah alur diantara helaian bulu-bulu besar. Selain hidup di bagian sayap, kutu pengunyah ini juga sering hidup di bagian kepala dan leher yang susah digapai oleh paruh. Dampak buruk dari kutu pengunyah ini adalah dapat membuat tubuh tuan rumahnya menjadi kurus, penurunan jumlah telur dan berbagai macam penyakit. Selain pada burung merpati (Culumbicola columbae), kutu pengunyah (Mallophaga) ini biasanya juga hidup di tubuh ayam seperti kutu-ayam-biasa (Menopon galinae), kutu-tubuh-ayam (Menacanthus stramineus) dan kutu-kepala-ayam (Cuclogaster heterographus).


IV.      DAFTAR PUSTAKA
Ichtiar Baru van hoeve . 1992 . Ensiklopedia Indonesia seri Serangga . Jakarta : Perpustakaan Nasional
http://agus_permana/entomologi_sebagai_ilmu_pengetahuan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

artikel mallophaga

Mallophaga
Entomologi

Azizah Zainab Hamdi
1005015044
Pendidikan Biologi Reguler Pagi B 2010

 I.      PENDAHULUAN
Secara terbatas, Entomologi adalah ilmu yang memepelajari serangga. Akan tetapi, arti ini seringkali diperluas untuk mencakup ilmu yang mempelajari arthophoda (hewan beruas-ruas) lainnya, khususnya laba-laba dan kerabatnya (Archnida dan Arachnoidea), serta luwing dan kerabatnya (Millepoda dan Centipoda).
Istilah ini berasal dari dua perkataan Latin – entomon bermakna serangga dan logos bermakna ilmu pengetahuan.
Sifat serangga yang membutuhkan banyak makanan, dan dengan berkembangnya kebudayaan manusia (keperluan akan lahan, dan lain-lain), serangga seringkali menyerang tanaman pertanian/perkebunan bahkan hewan ternak. Pada awalnya, pengelolaan serangga hama banyak dilakukan dengan menggunakan insektisida. Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kesadaran manusia akan lingkungan, konsep pengelolaan hama menuju ke arah pengendalian yang terpadu atau Pengendalian Hama Terpadu.
Selain mengalami siklus hidup, serangga juga mengalami siklus musiman yang dapat dikelompokkan menurut jumlah generasi yang terjadi dalam satu tahun dan mengacu pada voltinity. Ada tiga tipe voltinity yaitu univoltine, multivoltine, dan voltine yang tertunda. Serangga juga mengalami apa yang disebut adaptasi musiman. Beberapa istilah yang sering digunakan dalam siklus musiman serangga adalah dormancy diapause, supercooling, dan freezing tolerance.
Secara umum, pada serangga dapat dijumpai empat model siklus hidup serangga yaitu : tanpa metamorphosis, metamorphosis bertahap, metamorphosis tidak sempurna, dan metamorphosis sempurna.
Pada model tanpa metamorphosis, tahapan serangga dapat dibagi menjadi telur, juvenil, dan dewasa; dengan beberapa kali pergantian kulit pada tahapan juvenil yang mempunyai penampakan yang mirip dengan dewasa. Model metamorphosis bertahap membedadakan tahapan serangga menjadi telur, nymph, dan dewasa. Bentuk nymph menyerupai dewasa tetapi tidak mempunyai sayap yang berkembang penuh dan tidak mempunyai genitalia. Pada metamorphosis tidak sempurna, tahapan dibedakan menjadi telur, niads, dan dewasa. Niads dan dewasa mempunyai habitat dan makanan yang berlainan. Sedang pada metamorphosis sempurna, tahapan dibedakan menjadi telur, larva, pupa, dan dewasa. Di sini, pada setiap tahapan mempunyai bentuk dan perilaku yang berlainan.

II.      MALLOPHAGA
KUTU PENGUNYAH (Mallophaga) , atau kutu penggigit merupakan kelompok serangga yang jauh lebih besar daripada kutu penghisap, seluruhnya meliputi 2.600 spesies. Pada dasarnya kutu pengunyah adalah parasite burung yang beroperasi pada permukaan tubuh burung tersebut. Akan tetapi, ada juga beberapa spesies yang terdapat pada mamalia. Meskipun secara lahiriah serangga ini memilki persamaan dengan kutu pengisap, namun bagian-bagian mulut dan kebiasaan makan pada kedua kelompok ini ternyata tidak sama dan hubungankekerabatan antara keduanya pun belum begitu jelas. Beberapa ahli ada yang menganggap bahwa kutu pengunyah yang sekarangn merupakan hasil evolusi dari cikal bakal yang menjalani kehidupan bebas yang mengingatkan akan kutu buku yang lambat laun mengalami proses penyesuaian terhadap kehidupan Description: C:\Users\user\Documents\semester 5\entomologi\2012-09-12 19.59.20.jpgyang bersifat parasit. Dalam kaitannya dengan masalah ini, yang cukup menarik ialah bahwa kutu buku memang ditemukan pada tikus yang dipelihara dalam kurungan, dengan kemungkinan bahwa kutu-kutu hidup, baik dari partikel kulit, maupun partikel-pertikel makanan yang ada pada bulu tikus. Kutu pengunyah telah mengalami penyesuaian dengan kehidupan disela-sela bulu tuan rumah mereka, dilihat pada bagian punggung dan bawah tubuh, akan tetapi sungguh mengejutkan bahwa tungkai mereka tidak begitu kokoh dan kuat. Lagi pula tidak menyandang cakar sekuat cakar kutu pengisap, meskipun dari hasil penelitian sudah terbukti bahwa peralatan mereka sangat efisien untuk tugas yang dipikul oleh alat-alat tersebut. Pada dasarnya, bagian-bagian mulut pada kutu pengunyah sama saja dengan bagian-bagian mulut pada semua serangga yang mempunyai kebiasaan makan dengan cara menggigit atau mengunyah. Mandibula (rahang bawah) digunakan memangkas bagian-bagian kecil bulu unggas, yang dengan labrum (bibir sebelah atas) didorong kedalam mulut. Sebagian besar bulu terdiri dari proterin yang sulit dicerna yakni yang disebut keratin, tetapi kutu pengunyah mampu mencernanya karena memilki enam pemecah protein menjadi yang lebih kecil hingga dapat diserap dan dimanfaatkan. Pada kutu pengunyah banyak spesies yang suka makan serpihan bulu dan bagian-bagian bulu yang sudah mati, juga darah yang diperoleh dengan menggigit kulit tuan rumah sampai tembus atau menusuk bulu unggas yang sedang bertunas dan mengisap darah dari sumsum lunak, yang terdapat ditengah batang bulu besar . Spesies lain hidup pada dinding dalam kantung tenggoirok burung laut penganggap ikan dan burung pelican yang untuk sebagain besar hidup dari darah tuan rumah dan dengan demikian memberi gambaran bahwa memang ada jalur yang dapat dilalui hingga pada akhirnya dapat menjadi parasite intern sejati.
Salah satu spesies kutu pengunyah yang paling terkelan adalah kutu merpati (Culumbicola columbae) yang terdapat pada semua merpati, baik yang liar, jinak, maupun yang buas. Kutu ini berbentuk lonjong, panjang sekitar 2 mm berwarna abu-abu jerami pucat. Bertelur ditengah alur, antara cabang-cabang bulu besar pada sayap, serta pada beberapa jenis bulu lain yang dapat menjamin telur tidak rusak waktu burung merpati mematuk-matuk bulu dengan paruh. Ada juga telur yang diletakkan dekat pangkal bulu halus dibagian kepala dan leher yakni di tempat yang tidak mudah lepas.
Kutu betina bertelur rata-rata 1 butir telur sehari pada suhu optimal 37oC, untuk menetas setelah 4 hari. Larva Columbicola mulai masak seksual setelah mengalami penggantian kulit 3 kali, kurang lebih 21 hari. Karena kutu merpati tinggal di bulu sayap yang mudah terancam bahaya paruh burng, maka sifatnya sangat mobil dan mudah menyelinap diantara bulu burung dengan memanfaatkan tungkainya yang panjang dan langsing.


Selain makan bulu, kutu pengunyah (Mallophaga) juga mengisap darah
Walaupun burung sering mematuk bulu dengan paruh, tidak banyak melenyapkan parasite dari tubuhnya, padahal kutu-kutu tersebut berada pada bulu yang mudah dicapai dengan paruh. Sebaliknya, spesies kutu pengunyah yang menghuni kepala dan leher, tidak banyak memerlukan kelincahan atau gerak yang cekatan. Spesies seperti itu umumnya mudah dikenali pada tubuhnya yang lebih pendek dan lebih lebar, serta tungkainya yang lebih kuat disertai cakar yang dapat mencengkeram bulu tempatnya berpijak.
Beberapa spesies kutu pengunyah merupakan hama yang gawat bagi unggas, karena dapat membuat hewan ini menjadi kurus, kumlah telur menurun, mati karena penyakit unggas yang banyak ragamnya. Spesies kutu penting yang menyerang unggas ialah kutu-ayam-biasa (Menopon galinae), kutu-tubuh-ayam (Menacanthus stramineus) dan kutu-kepala-ayam (Cuclogaster heterographus).

III.      PENUTUP
Keluarga besar serangga ( insecta) dikelompokkan ke dalam 28 ordo yang masing-masing ordo memiliki ciri-ciri unik yang membedakan antara mereka. Salah satu yang diangkat pada artikel kali ini adalah Mallophaga yaitu kutu pengunyah atau kutu penggigit. Hidup sebagai parasite yang umumnya pada unggas dan beberapa mamalia. Kutu betina bertelur 1 bitur sehari dan biasanya bertelur pada tengah alur diantara helaian bulu-bulu besar. Selain hidup di bagian sayap, kutu pengunyah ini juga sering hidup di bagian kepala dan leher yang susah digapai oleh paruh. Dampak buruk dari kutu pengunyah ini adalah dapat membuat tubuh tuan rumahnya menjadi kurus, penurunan jumlah telur dan berbagai macam penyakit. Selain pada burung merpati (Culumbicola columbae), kutu pengunyah (Mallophaga) ini biasanya juga hidup di tubuh ayam seperti kutu-ayam-biasa (Menopon galinae), kutu-tubuh-ayam (Menacanthus stramineus) dan kutu-kepala-ayam (Cuclogaster heterographus).


IV.      DAFTAR PUSTAKA
Ichtiar Baru van hoeve . 1992 . Ensiklopedia Indonesia seri Serangga . Jakarta : Perpustakaan Nasional
http://agus_permana/entomologi_sebagai_ilmu_pengetahuan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS