MAKALAH
PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
Disusun
Oleh :
Azizah
Zainab Hamdi
1005015044
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mulawarman
Samarinda
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan intelektual sering juga dikenal didunia
psikologi maupun pendidikan dengan istilah perkembangan kognitif. Menurut Jean
Piagat perkembangan kognitif manusia merupakan proses psikologi yang didalamnya
melibatkan proses memperoleh, menyusun dan menggunakan pengetahuan, serta
kegiatan mental seperti berpikir, menimbang, mengamati, menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan masalh persoalan yang berlangsung
melalui interaksi dengan lingkungan.
Jean Piagat juga mengungkapkan bahwa ia tidak
sependapat dengan pandangan yang mengatakan bahwa kecerdasan adalah faktor
bawaan, yang berarti manusia tinggal menerima perbedaan-perbedaan yang ada.
Pandangan seperti ini dianggap akan membawa pengaruh kurang positif atau bahkan
negatif terhadap proses pendidikan dan upaya pengembangan kemampuan berpikir
anak.
Berdasarkan penelitiannya yang dilakukan secara
serius dengan cara mengobservasi secara partisipan dalam jangka waktu lama,
Jean Piagat mendapati bahwa anak – anak pada umur tertentu mengalami kesulitan
untuk mengerti hal – hal yang sederhana. Misalnya, seorang anak kecil ternyata
mengalami kesulitan untuk memahami mengapa air yang banyaknya sama apabila
dituangkan dari gelas pendek besar ke gelas tinggi kecil ternyata hasilnya sama
dan tidak tumpah.
1.2
Rumusan Masalah
1.
apakah yang
dimaksud dengan perkembangan intelektual?
2.
apa hubungannya
antara intelektual dengan tingkah laku?
3.
bagaimana
karakteristik dari tiap – tiap perkembegan intelektual?
4.
faktor – faktor
apa saja yang mempengaruhi perkembangan
intelektual?
5.
apa implikasi
perkembangan intelektual bagi dunia pendidikan?
1.3
Tujuan
Untuk
mendeskripsikan pengertian perkembangan intelektual, hubungan intelekual dengan
tingkah laku, mendeskripsikan karakteristik tiap tahapan perkembangan
intelektual, mendeskripsikan faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan
intelektual serta implikasinya bagi dunia pendidikan.
1.4
Manfaat
Agar para pembaca lebih mengerti akan
perkembangan intelektual yang terbagi dari beberapa tahap dan memiliki
karakteristik yang berbeda – beda.
BAB II
LANDASAN TEORI
Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses kematangan dan pengalaman. seperti yang dikatakan Van den
den Daele (Hurlock : 2) bahwa
perkembangan adalah perubahan secara kualitatif. Ini berarti bahwa perkembangan
bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau
peningkatan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang, melainkan suatu
proses integrasi dari banyak struktu dan fungsi yang kompleks.
Perkembangan juga diartikan sebagai ”perubahan-perubahan yang dialami
individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya
(maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik
(jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)”, Perkembangan dapat diartikan ” suatu proses perubahan pada diri individu
atau organisme, baaik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat
kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis progresif, dan berkesinambungan”, (Syamsu Yusuf : 83 ).
Dan semua para ahli sependapat bahwa yang dimaksud dengan perkembangan itu
adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih
dewasa, namun mereka berbeda-beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan
itu terjadi dalam bentuknya yang hakiki. (Ani Cahyadi, Mubin, 2006 : 21-22).
Hubungannya dengan intelektual anak bahwa inteligensi anak bahwa ineligensi
bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatui fiksi ilmiah untuk
mendeskripsiskan prilaku induvidu yang berkaitan dengan kemampuan
intelektualnya. Dalam mengartikan inteligensi (kecerdasan) ini, para ahli
mempunyai pengertian yang beragam. Diantaranya menurut C.P. Chaplin (1975)
mengartikan inteligensi itu sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri
terhadap situasi baru secara cepat dan efektif (Syamsu Yusuf : 106).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Teknik Pengumpulan Data
Seperti
halnya dalam penyusunan makalah lainnya, dalam pengumpulan data pada makalah
ini didapat dengan cara mengambil dari beberapa sumber yang berelevan dengan
tema yang diangkat yaitu perkembangan intelektual. Sumber yang didapat umumnya
dari sumber data deskriptif atau dari beberapa sumber buku. Bilamana dalam
penelitian teknik pengumpulan datanya dapat menggunakan cara observasi, tes dan
wawancara, pada makalah ini hal tersebut tidak dilakukan karena makalah ini
bukan merupakan hasil langsung dari penelitian penulis.
B.
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif
adalah data deskriptif, berupa kata tertulis atau lisan dan perilaku yang dapat
diamati.
Adapun teknik analisis data untuk penelitian
kualitatif menurut Miles dan Huberman (1992) adalah sebagai berikut :
1)
Reduksi data
Reduksi data yang diartikan sebagai proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, dan transformasi data dari sumber data
dan pengaplikasiannya.
2) Penyajian data
Penyajian data adalah penyajian sekumpulan informasi
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Data yang
diperoleh dari beberapa sumber disjikan dalam bentuk uraian serta dikelompokkan
sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan.
3) Penarikan Kesimpulan / Verifikasi
Sejak peneliti berusaha membuat kesimpulan dari data
yang dikumpulkan dengan mencari pola tema, hubungan, persamaan, hal-hal lain
yang timbul dan sebagainya.
Dari data-data tersebut sejak awal dicoba untuk
ditarik kesimpulannya. Kesimpulan akhir akan diperoleh penulis, setelah penulis mengadakan
peninjauan ulang pada rumusan masalah dan tujuan penulisan
makalah tersebut.
C.
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan
keabsahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri
dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu
yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
Hal ini berarti bahwa peneliti mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci
secara berkesenambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian
menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan
tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami
dengan cara yang biasa (Moleong,2001).
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Pengertian Perkembangan Intelektual
Perkembangan intelektual dikenal
juga dengan istilah perkembangan kognitif, sedangkan intelektual itu sendiri
menurut Jean Piaget berasal dari istilah bahasa Inggris yaitu intellect, yang
berarti akal budi yang berdasarkan aspek-aspek kognitifnya, khususnya proses
berfikir yang lebih tinggi ( Bybee dan Sund, 1982 ). Sedangkan intelligence
atau intelegensi menurut Jean Piaget diartikan sama dengan kecerdasan, yaitu
seluruh kemampuan berfikir dan bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan
mental yang kompleks seperti berfikir, mempertimbangkan, menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi, dan menyelesaikan persoalan-persoalan. Jean Piaget
membagi perkembangan intelek/kognitif menjadi 4 tahapan, yaitu:
a.
Tahap sensori-motoris
Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini,
anak berada dalam suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh
kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris yang sangat jelas. Segala perbuatan merupakan perwujudan
proses pematangan aspek sensori-motoris tersebut, sedangkan sensori-motoris itu
sendiri adalah saraf-saraf yang terdapat pada setiap manusia. Bayi yang baru
lahir sangat bergantung kepada orang dewasa disekitarnya. Ia tidak tahu sedikit
pun tentang dunia tempat ia terdampar.Ia sadar akan perubahan
disekitarnya,misalnya perubahan suhu,perasaan diangkat dan digendong,sejumlah
suara,sinar terang dan kedekatan tubuh manusia lainnya. Tetapi ini semua adalah
pengalaman yang tidak bisa dikendalikannya walaupun dapat bereaksi terhadap
beberapa situasi tadi dengan sedikit gerakan,karena system sarafnya belum cukup
berkembang untuk memberinya kendali atas tubuhnya.Kendali ini diperoleh dalam
jumlah tertentu selama dua belas bulan berikutnya dan pencapaian kendali ini
adalah perhatian yang utama selama tahun tersebut.
b. Tahap Praoperasional
Tahap ini berlangsung pada usia
2-7 tahun. Tahap ini juga disebut tahap intuisi, sebab
perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh
suasana intuitif. Artinya semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh
pemikiran tetapi oleh unsur perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang
diperoleh dari orang-orang bermakna,dan lingkungnan sekitarnya. Pada tahap ini
anak sangat bersifat egosentris, sehingga sering mengalami masalah dalam
berinteraksi. Pada tahap ini pula anak mampu menyimpan kata-kata serta
menggunakannya, terutama yang berhubungan eret dengan dengan kebutuhan mereka.
c. Tahap Operasional Konkret
Tahap ini berlangsung
antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan diri dengan
realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. Pada tahap ini,interaksinya
dengan lingkungan, termasuk dengan orang tuanya sudah semakin berkembang dengan
baik karena egosentrisnya sudah semakin berkurang. Anak sudah dapat mengamati,
menimbang, mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam
cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektif.
d. Tahap Operasional Formal
Tahap
ini dialami oleh anak usia 11 tahun keatas. Pada masa ini, anak telah mampu
mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil dari
berfikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga
dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya. Interaksinya dengan lingkungan
sudah amat luas, menjangkau banyak teman sebayanyadan bahkan berusaha untuk dapat
berinteraksi dengan orang dewasa. Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan
masalah dalam interaksinya dengan orang tua. Namun, sebenarnya diam-diam mereka
juga mengharapkan perlindungandari orang tua karena belum sepenuhnya mampu
memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Jadi, pada tahap iniada semacam
tarik-menarik antaraingin bebas dengan ingin dilindungi.
4.2 Hubungan
Intelek dengan Tingkah Laku
Intalegensi menurut Piaget
merupakan pernyataan dari tingkah laku adaptif yang
terarah terhadap kontak dengan lingkungan. Apa yang dikatakan oleh Piaget ini
kenyataannya memang benar, sebab
organisme tidak pernah terpisah dari lingkungannya dan juga tidak semacam
penerima yang pasif. Interaksi antara organisme dengan lingkungannya lebih bersifat interaksi timbal balik
hanya dalam bentuk interaksinya juga, setiap
perubahan tingkah laku
adalah merupakan hasil dialegtis pengaruh timbal balik antara organisme dan
lingkungannya
4.3 Karakteristik
perkembangan intelek/kognitif
Ada
pun karakteristik setiap tahapan perkembangan intelek tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Karakteristik sensori-motoris
Tahap
sensori-motoris:
1.
Fase pertama (0-1 bulan) memiliki
karakteristik sebagai berikut.
a.
Individu mampu bereaksi secara refleks.
b.
Individu mampu menggerak-gerakan anggota
badan meskipun belum terkoordinir.
c.
Individu mampu masimilasi dan
meakomodasikan berbagai pesan yang diterima dari lingkungannya.
2.
Fase kedua (1-4 bulan) memiliki
karakteristik bahwa individu mampu memperluas skema yang dimilikinya berdasar
kan hereditas.
3.
Fase ketiga (4-8 bulan) memiliki
karakteristik bahwa individu mulai dapat memahami hubungan antara perlakuannya
terhadap benda dengan akibat yang terjadi pada benda itu.
4.
Fase keempat (8-12 bulan) memiliki
karakteristik sebagai berikut.
a.
Individu mampu memahami bahwa benda
tetap ada meskipun untuk sementara waktu hilang dan akan muncul lagi diwaktu
lain.
b.
Individu mulai mampu mencoba sesuatu.
c. Individu
mampu menentukan tujuan kegiatan tanpa tergantung kepada orang tua.
5.
Fase kelima (12-18 bulan) memiliki karakteristik:
a.
Individu mulai mampu untuk meniru.
b.
Individu mampu untuk melakukan berbagai cobaan terhadap
lingkungannya secara lebih lancar.
6.
Fase keenam (18-26 bulan) memiliki karakteristik:
a. Individu
mulai mampu untuk mengingat dan berfikir.
b.
Individu mampu untuk berfikir dengan
menggunakan simbol-simbol bahasa sederhana
c.
Individu mampu befikir untuk memecahkan
masalah sederhan sesuai dengan tingkat perkembangannya.
d. Individu
mampu memhami diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang.
2.
Karakteristik Tahap Praoperasional
Tahap
praoperasional ditandai dengan karakteristik :
a. Individu
telah mengombinasikan dan mentransformasikan berbagai informasi.
b.
Individu telah mampu mengemukakan alasan
menyatakan ide.
c.
Individu telah mengerti adanya hubungan
sebab akibat dalam suatu peristiwa konkret. Cara berfikir individu bersifat
egosentris ditandai oleh tingkah laku:
1. Befikir
imajinatif.
2. Berbahasa
egosentris
3. Memiliki
ego yang tinggi
4. Menampakan
dorongan ingin tahu yang tinggi
5. Perkembangan
bahasa mulai pesat
3.
Karakteristik Tahap Operasional Konket
Tahap
oprasional konkret ditandai dengan karakteristik menonjol bahwa segala sesuatu
dipahami sebagaimana yang tempak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka
alami.
4. Karakteristik
Tahap Oprasional Format
Tahap
operasional formal ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut.
a. Individu
dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi.
b. Individu
mulai mampu mampu berfikir logis dengan objek-objek yang abstrak.
c.
Individu mulai mampu memecahkan
persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis.
d. Individu
bahkan mulai mampu membuat perkiraan (forecasting)
dimasa depan.
e.
Individu mulai mampu untuk
mengintropeksi diri sendiri seehingga kesadaran diri sendiri tercapai.
f.
Individu mulai mampu membayangkan
peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang dewasa.
g.
Individu mulai mampu untuk menyadari
diri mempertahankan kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam
masyarakat tersebut.
4.4 Faktor
- faktor yang memengaruhi perkembangan intelek kognitif
1. Faktor
Hereditas
Semenjak dalam
kandungan,anak telah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya kerja
intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa kemungkinan, apakah akan
menjadi kemampuan berfikir setaraf normal, di atas normal, atau dibawah normal.
Namun, potensi ini tidak berkembang atau terwujud secara optimal apabila
lingkungan tidak member kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu, peranan
lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak.
2. Faktor
Lingkungan
Ada dua unsur
lingkungan yang sangat penting perannya dalam memengaruhi perkembangan intelek
anak, yaitu keluarga dan sekolah.
a. Keluarga
Intervensi yang paling
penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman
kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi
yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berfikir. Cara-cara yang
digunakan, misalanya memberi kesempatan kepada anak untuk merealisasikan
ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak
dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alat-alat
yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak. Member kesempata atau
pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orang tua.
b.
Sekolah
Sekolah adalah lembaga
formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk
perkembangan berfikir anak. Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa
perkembangan intelektual anak terletak di tangannya. Beberapa cara di antaranya
adalah sebagai berikut.
1.
Menciptakan interaksi atau hubungan yang
akrab dengan peserta didik.
2.
Memberi kesempatan kepada para peserta
didik untuk berdialog dengan orang-orang alih dan berpengalaman dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual anak.
3.
Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan
fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun menydiakan gizi yang cukup,
sangat penting bagi perkembangan berfikir peserta didik.
4. Meningkatkan
kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak maupun dengan
menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik berpendapat atau
mengemukakan ide-idenya.
4.5 Membantu
perkembangan intelek dan implikasinya bagi dunia pendidikan
Kondisi
psikologis yang perlu diciptakan agar peserta didik merasa aman secara
psikologis sehingga mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya adalah sebagai
berikut :
1.
pendidik menerima peserta didik secara
positif sebagaimana adanya tanpa syarat (unconditional
positive regard). Artinya, apa pun keberadaan peserta didik dengan
segalakekuatan dan kelemahannya harus diterima dengan baik, serta memberi
kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya setiap peserta didik memiliki kemampuan
intelektual yang dikembangkan secara maksimal.
2.
pendidik menciptakan suasana di mana
peserta didik tidak merasa terlalu dinilai oleh orang lain. Member penilaian
terhadap peserta didik dengan berlebihan dapat dirasakan sebagai ancaman
sehingga menimbulkan kebutuhan akana pertahanan diri. Memang kenyataannya,
pemberian penilaian tidak dapat dihindarkan dalam situasi sekolah, tetapi
paling tidak harus diupayakan agar penilaian tidak mencemaskan peserta didik,
melainkan menjadi sarana yang dapat mengembangkan sikap kompetitif secara
sehat.
3.
pendidik memberi pengertian dalam arti
dapat memahami pemikiran, perasan, dan perilaku peseta didik; dapat menempatkan
diri dalam situasi pesera didik; serta melihat suatu dari sudut pandang mereka
(empathy). Dalam suasana seperti ini,
peserta didik akan merasa aman untuk mengembangkan dan mengemukakan pemikiran
atau ide-idenya.
4.
menerima remaja secara positif
sebagaimana adanya tanpa syarat (unconditional
positive regardI). Artinya, apa pun adanya remaja itu dengan segala
kekuatan dan kelemahannya harus diterima dengan baik, serta member kepercayaan
bahwa pada dasarnya setiap remaja memiliki kemapuan intelektual yang dapat
dikembangkan secara maksimal.
5.
memahami pemikiran, perasaan, dan prilaku
remaja; menempatkan diri dalam situasi remaja; serta melihat sesuatu daari
sudut pandang mereka(empathy).
6.
memberikan suasana psikologis yang aman
bagi remaja untuk mengemukakan pikiran-pikirannya sehingga terbiasa berani
mengembangkan pemikirannya sendiri. Di sini berusaha menciptakan keterbukaan (openness) kehangatan (warmness), dan kekonkretan(concreteness).
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1.
Perkembangan
intelektual diartikan sama dengan kecerdasan, yaitu seluruh
kemampuan berfikir dan bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan mental yang
kompleks seperti berfikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensintesis,
mengevaluasi, dan menyelesaikan persoalan-persoalan
2.
Intalegensi menurut Piaget merupakan
pernyataan dari tingkah laku adaptif yang
terarah terhadap kontak dengan lingkungan
3.
Tahap sensori-motoris dialami pada usia
0-2 tahun. Pada tahap ini, anak berada dalam suatu masa pertumbuhan yang
ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris yang sangat jelas. Tahap Praoperasional berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini juga disebut
tahap intuisi, sebab perkembangan
kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif. Tahap Operasional Konkret Tahap ini
berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan
diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. Tahap
Operasional Formal Tahap
ini dialami oleh anak usia 11 tahun keatas. Pada masa ini, anak telah mampu
mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil dari
berfikir logis.
4.
Faktor-faktor
yang memempengaruhinya ialah faktor hereditas dan faktor lingkungan. Dari
faktor lingkungan sendiri terbagi menjadi dua faktor lagi yaitu dari keluarga
dan sekolah.
5.
Pengetahuan
mengenai perkembangan intelektual in memilki banyak manfaat bagi dunia
pendidikan yakni para pendidik lebih dapat mengerti akan karakteristik para
peserta didiknya.
5.2 SARAN
Semoga
setelah membaca makalah ini, pengetahuan
mengenai perkembangan intelektual ini dapat dipahami oleh para pembacanya dan
mempermudah dalam pengimlikasiannya di kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Catherina,Lee . 1989 . Pertumbuhan
dan Perkembangan anak edisi 3 . Arcan
: Jakarta
Santrock , John W . 2003 . Adolescence
Perkembangan Remaja . Erlangga : Jakarta
Sunarto . 1999 . Perkembangan Peserta Didik
. Rineka Cipta : Jakarta
Yulianto , Aries . 2005. Psikologi
Eksperimen . Indeks : Jakarta
2 komentar:
makasih sist
here
here
aku si yes,,,
Posting Komentar